Bagaimana Cara Terbaik Pemberian Vaksin ND Live Pada Ayam (Tetes Hidung/ Mata/Mulut/Suntik)?

Vaksin
Vaksin

Vaksinasi adalah salah satu metode pencegahan penyakit yang disebabkan akibat serangan virus sehingga peranananya sangat penting dalam kelangsungan hidup Ayam sehingga kegagalan dalam vaksinasi secara tidak langsung akan berdampak buruk bagi kesehatan ayam itu sendiri. Kegagalan dalam vaksinasi disebabkan oleh banyak faktor diantaranya adalah cara pemberian (aplikasi) di lapangan hal tersebut sebagaimana disebutkan oleh Allan et al., (1978) bahwa cara pemberian/ aplikasi vaksin yang berbeda akan menimbulkan perbedaan respon imun. Pada vaksinasi Newcastle Disease (ND) Live yang dilakukan umumnya pada umur 7 dilakukan dengan beberapa cara yaitu melalui tetes hidung, mulut, mata, dan suntik, pertanyaanya cara pemberian vaksin ND manakah yang menghasilkan respon imun terbaik?

Pendahuluan

New Normal pada pandemi covid 19 yang terjadi diseluruh dunia tidak terkecuali di Indonesia menuntut kita senantiasa melakukan pola hidup sehat salah satunya adalah dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi. Kondisi demikian dan semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kebutuhan protein hewani menyebabkan peningkatan permintaan produk peternakan termasuk diantaranya adalah produk peternakan ayam berupa daging dan telur. Oleh karena itu, segala upaya untuk dapat meningkatkan kesehatan masyarakat melalui penyediaan produk unggas yang berkualitas perlu dilakukan semaksimal mungkin, salah satunya adalah dengan memberikan perlindungan penyakit pada ayam dengan pelaksanaan vaksinasi.

Vaksinasi sampai saat ini terbukti merupakan metode penegahan penyakit akibat virus yang paling dipercaya. Tizard (1988) menyebutkan bahwa vaksinasi adalah sebuahaktivitas memasukkan mikroorganisme penyebab penyakit yang telah dilemahkan atau komponen dari mikroorganisme ke dalam tubuh hewan. Mikroorganisme atau komponen mikroorganisme yang dimasukkan tersebut tidak akan menimbulkan bahaya penyakit namun akan merangsang pembentukan antibodi/ sistim kekebalan spesifik terhadap penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme atau komponen mikroorganisme yang dimasukan tersebut.

Broiler merupakan jenis ternak yang banyak dikembangkan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan protein hewani, serta dapat menghasilkan daging yang cepat dibandingkan dengan unggas lainnya. Broiler memiliki kelemahan yaitu rentan sekali terhadap serangan penyakit, terutama penyakit yang disebabkan oleh virus. Penyakit yang disebabkan oleh virus ini sangat merugikan bagi peternak karena tidak hanya menurunkan produktivitas, bahkan dapat menyebabkan kematian broiler. Salah satu cara untuk pencegahan penyakit yang disebabkan oleh virus dapat dilakukan dengan vaksinasi. Vaksinasi merupakan proses memasukkan mikroorganisme penyebab penyakit yang telah dilemahkan ke dalam tubuh hewan. Di dalam tubuh hewan, mikroorganisme yang dimasukkan tidak menimbulkan bahaya penyakit, melainkan dapat merangsang pembentukan zat-zat kekebalan (antibodi) terhadap agen penyakit tersebut.

Penelitian Pembuktian

Pentingnya manfaat vaksinasi mengharuskan kita agar melakukan prosedur yang tepat agar menghindari kegagalan program tersebut yang termasuk diantaranya adalah memilih metode pemberian yang tepat. Oleh karena itu, dilakukan penelitian terkait hal tersebut untuk mengetahui cara pemberian vaksin ND terbaik, apakah lewat hidung, mata atau mulut.

Bahan dan Metode

Pembuktian pada penelitian ini dilakukan pada 25 September – 17 Oktober 2012 pada kandang percobaan PT. Rama Jaya Lampung dan untuk analisis lab yang meliputi titer antibodi, sel darah merah, dan sel darah putih dilaksanakan di Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BBPV). Penelitian ini dilakukan dengan 4 perlakuan pemberian vaksin yaitu:

  • Perlakuan P1: tetes mata,
  • Perlakuan P2: tetes hidung,
  • Perlakuan P3: tetes mulut,
  • Perlakuan P4: suntik

Setiap perlakuan dilakukan 5 kali dan peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah jumlah titer antibodi terhadap Newcastle Deseases, serta jumlah sel darah merah dan sel darah putih.

Hasil Penelitian

Pengaruh Perlakuan terhadap Titer Antibodi Newcastle Desease

Rata – rata titer antibodi Newcastle Desease yang dihasilkan setelah 21 hari vaksinasi dari masing – masing perlakuan adalah P1 (2.6), P2 (2.4), P3 (2.8) dan P4 (2.2). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian vaksin (P1: tetes mata, P2: tetes hidung, P3: tetes mulut, P4: suntik) berpengaruh tidak nyata (P<0.05) terhadap titer antibodi ND pada broiler. Hal ini berarti titer antibodi ND yang dihasilkan pada masing masing perlakuan berada dibawah standar titer antibodi protektif. Menurut Office International Epizootic (2008), titer antibodi dikatakan protektif terhadap ND jika memiliki titer antibodi minimal 5 log 2. Tidak berpengaruhnya cara pemberian vaksin ND live terhadap titer antibodi ND diduga disebabkan oleh faktor stres akibat kondisi lingkungan.

Pada penelitian ini, faktor penyebab terjadinya stres karena pengaruh kondisi lingkungan yang ekstrim yaitu suhu dan kelembapan pada kandang. Menurut Borges et al (2004), kondisi suhu lingkungan optimum pada daerah tropis untuk pertumbuhan broiler umur 3 minggu berkisar antara 20-25 derajad celsius, dengan kelembapan berkisar antara 50-70%. Menurut Cooper dan Washburn (1998), broiler akan mengalami cekaman panas serius bila suhu lingkungan lebih tinggi dari 320C.

Dalam penelitian ini suhu kandang berkisar antara 24-35 derajad celsius, sedangkan kelembapan kandang berkisar antara 49- 96%. Tingginya suhu dan kelembapan kandang ini mengakibatkan broiler mengalami cekaman, sehingga berpengaruh pada kondisi fisiologi dan kesehatan broiler. Dalam menjaga keseimbangan suhu tubuh, broiler berupaya meningkatkan pelepasan panas dan mengurangi pembentukan panas dari tubuh (Cooper dan Washburn, 1998). Menurut Mujahid et al. (2007), Meningkatnya suhu lingkungan yang melebihi zona suhu kenyamanan dan tingginya kelembapan kandang dapat menyebabkan stress pada broiler.

Broiler yang mengalami cekaman panas, jalur utama untuk menjaga keseimbangan suhu tubuhnya adalah dengan cara pelepasan panas melalui saluran pernapasan (panting) dan pelepasan panas melalui permukaan kulit, panting merupakan salah satu respon fisiologis broiler yang nyata akibat cekaman panas dan merupakan mekanisme pelepasan panas dengan cara evaporasi melalui saluran pernapasan (Hoffman dan Walsberg, 1999). Secara anatomi, jumlah bulu yang banyak serta tidak adanya kelenjar keringat menjadi faktor penyulit bagi broiler dalam membuang kelebihan panas tubuhnya, sehingga broiler memiliki tingkat kerentanan yang lebih tinggi terhadap cekaman panas dibanding hewan lainya (Okolwski, 2005).

Pada penelitian ini tingginya kelembapan kandang diakibatkan oleh litter yang basah dan mengandung banyak ekskreta. Protein ransum yang tinggi juga dapat meningkatkan kadar air ekskreta. Kelebihan nitrogen di dalam tubuh broiler dapat dibuang dalam bentuk asam urat melalui urine (Rasyaf, 1995). Kelembapan ekskreta broiler yang tinggi sangat mendukung perkembangan bakteri. Bakteri tersebut memanfaatkan asam urat yang ada pada ekskreta broiler untuk memproduksi amonia (Haryadi, 1995).

Amonia memiliki berat jenis lebih tinggi dibandingkan dengan udara, sehingga amonia akan berada pada lapisan udara bagian bawah di atas permukaan lantai kandang (Banks, 1979). Dengan demikian gas amonia akan selalu berada di sekitar tubuh ayam. Menurut Quaries dan Fagerberg (1979) pencemaran amonia dalam kandang merupakan penyebab timbulnya berbagai penyakit pada ayam.

Pada penelitian ini, rendahnya hasil titer antibodi disebabkan broiler mengalami stres, stres tersebut dapat merangsang menurunnya hormon tiroksin dan menyebabkan metabolisme menjadi tidak maksimal sehingga vaksin ND live yang telah diberikan tidak dapat berperan untuk menggertak produksi antibodi broiler.

Pengaruh Perlakuan terhadap Sel Darah Merah

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian vaksin ND live berpengaruh tidak nyata (P<0,05) terhadap jumlah sel darah merah pada broiler. Menurut Suprijatna dkk. (2005), darah broiler mengandung sekitar 2,5 – 3,5 juta sel darah merah per mm3. Hal ini menunjukan bahwa cara pemberian vaksin ND live tidak memengaruhi jumlah sel darah merah pada broiler. Rata – rata jumlah sel darah merah pada setiap perlakuan berada dibawah kisaran normal diduga karena broiler mengalami stres akibat kondisi lingkungan yang kurang nyaman.

Menurut Guyton dan Hall (2010), jumlah sel darah merah dipengaruhi oleh umur, aktivitas individu, nutrisi, ketinggian tempat, dan suhu lingkungan. Temperatur lingkungan atau suhu lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi jumlah sel darah merah. Kelembapan kandang penelitian juga dapat menyebabkan broiler kurang nyaman dan dapat menyebabkan broiler menjadi stres.

Kelembapan kandang pada penelitian ini berkisar antara 50 – 95%. Sedangkan kelembapan yang normal untuk broiler berkisar antara 50 – 70% (Borges et al., 2004). Dengan kondisi kelembapan kandang diatas kisaran nyaman bagi broiler, dapat menyebabkan broiler mengalami stres.

Kelembapan pada kandang disebabkan oleh penggunaan alas litter, sehingga kotoran broiler akan menumpuk pada litter dan menjadi media yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Bakteri tersebut memanfaatkan asam urat yang ada pada ekskreta broiler untuk memproduksi amonia (Haryadi, 1995).

Menurut Sturkie (1976), faktor-faktor yang memengaruhi total sel darah merah antar lain umur, status nutrisi, dan keadaan hipoksia (tubuh kekurangan oksigen). Afinitas (daya ikat) sel darah merah terhadap amonia lebih tinggi dibanding oksigen Hasil penelitian Harlova, et al. (2002) menunjukkan bahwa cekaman panas pada broiler menurunkan jumlah sel darah merah dan sel darah putih ayam broiler umur 3 minggu.

Pengaruh Perlakuan terhadap Sel Darah Putih

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa perlakuan cara pemberian vaksin ND live berpengaruh tidak nyata (P<0,05) terhadap jumlah sel putih pada broiler. Hal ini menunjukan bahwa cara pemberian vaksin ND live tidak memengaruhi jumlah sel darah putih pada broiler. Nilai rata-rata dari setiap perlakuan berada diatas kisaran normal sel darah putih. Menurut Dukes (1995), Jumlah leukosit ayam berkisar 16.000 dan 40.000 sel/mm3. Rata-rata jumlah sel darah putih pada setiap perlakuan berada diatas kisaran normal diduga disebabkan karena broiler mengalami stres akibat kurang nyaman suhu dan kelembapan di dalam kandang penelitian.

Peningkatan jumlah leukosit dapat bersifat fisiologis ataupun sebagai indikasi terjadinya suatu infeksi dalam tubuh (Guyton dan Hall, 1997). Fluktuasi jumlah leukosit pada tiap individu cukup besar pada kondisi tertentu, seperti cekaman atau stres panas (Dharmawan, 2002). Berdasarkan pernyataan tersebut menunjukan bahwa stres dapat memengaruhi jumlah sel darah putih. Suhu lingkungan yang tinggi dapat menyebabkan broiler menjadi stres sehingga jumlah sel darah putih dapat terganggu.

Menurut Charles (1981), suhu nyaman ayam broiler berkisar antara 20 — 24 derajad celcius , sedangkan suhu pada kandang berkisar antara 24 — 35 derajad celcius Akibatnya suhu di dalam kandang tidak dalam kondisi yang nyaman bagi broiler, sehingga dapat menyebabkan broiler menjadi stres. Selain suhu lingkungan yang tinggi, kelembapan pada kandang yang digunakan untuk penelitian juga tinggi yaitu berkisar antara 49 — 96%. Kelembapan yang sesuai untuk broiler yaitu berkisar antara 50 — 70% (Borges et al., 2004).

Kelembaban yang di atas kisaran normal untuk broiler tersebut dapat menyebabkan broiler menjadi stres. Stres yang diakibatkan oleh tingginya suhu dan kelembaban lingkungan yaitu stres oksidatif. Stres oksidatif merupakan keadaan atau kondisi ternak terganggu, karena produksi oksidan tubuh melebihi antioksidan yang disebabkan oleh pengaruh negatif, seperti oleh radiasi, paparan suhu, tekanan parsial oksigen, paparan zat kimia tertentu, infeksi.

Tingginya suhu lingkungan merupakan salah satu penyebab terjadinya stres oksidatif yakni keadaan dimana aktivitas oksidan (radikal bebas) melebihi antioksidan. Radikal bebas berkemungkinan mengambil partikel dari molekul lain, kemudian menimbulkan senyawa yang abnormal dan memulai reaksi berantai yang dapat merusak sel-sel dengan menyebabkan perubahan yang mendasar pada materi genetis serta bagian-bagian sel penting lainnya (Miller, et al.,1993).

Faktor lain yang menyebabkan kadar leukosit tinggi yaitu karena kondisi litter bercampur ekskreta menjadi lembab dan basah, sehingga mengeluarkan gas amonia dalam kandang sehingga oksigen yang dibutuhkan broiler dalam kandang kurang tercukupi, kondisi seperti ini dapat menurunkan kesehatan pada ayam broiler. Litter yang bercampur ekskreta juga sangat ideal untuk berkembangnya bakteri patogen, sehingga kemungkinan besar ayam broiler terinfeksi oleh bakteri (Winters, 2004). Adanya peningkatan jumlah leukosit dapat bersifat fisiologis ataupun sebagai indikasi terjadinya suatu infeksi dalam tubuh (Guyton dan Hall, 1997).

Kesimpulan

Simpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

  • Pemberian vaksin ND live pada broiler umur 7 hari berpengaruh tidak nyata (P<0.05) terhadap titer antibodi ND, jumlah sel darah merah dan jumlah sel darah putih pada broiler;
  • Tidak ada perbedaan nyata efektifitas cara pemberian vaksin, namun jika dirata-rata berdasarkan titter antibody maka cara terbaik adalah tetes mulut, tetes mata, tetes hidung dan terakhir suntik.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka peternak dapat melakukan vaksinasi melalui berbagai cara (tetes mata, tetes hidung, tetes mulut atau suntik) dengan pemilihan metode vaksinasi disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.

Semoga Bermanfaat…, informasi terkait sumber jurnal dapat diakses pada link ini –> SUMBER

Tanda Tangan Kunta 2

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*