Pengendalian Jamur Dan Mikotoksin Pada Ransum Unggas

Penyimpanan Pakan
Penyimpanan Pakan

Pengendalian Jamur Dan Mikotoksin Pada Ransum Unggas

Para peternak sekalian, pada artikel sebelumnya telah kita bahas terkait bahaya kontaminasi jamur pada pakan unggas terhadap kesehatan unggas dan juga jenis-jenis racun yang dihasilan/ mikotoksin berserta dampak yang ditimbulkan. Setelah mengetahui hal tersebut akan muncul pertanyaan bagaimana mengidentifikasi jamur serta cara pengendaliannya?? Nah, untuk lebih jelasnya akan kita bahas pada artikel berikut ini…

Indentifikasi Jamur

Para peternak sekalian, sumber kontaminasi jamur dapat dideteksi dan diperiksa melalui pengamatan visual pada tempat yang dicurigai menjadi sumber kontaminasi seperti penyaring udara dalam AC, karpet, dan dinding bangunan atau gudang penyimpan bahan pakan atau pakan.

Pemeriksaan kontaminasi ini dapat dilakukan dengan cara isolasi jamur dan kemudian mengidentifikasinya. Pada metode ini, sampel diperiksa secara mikroskopik dengan pewarnaan seperti metilen blue, giemsa dan uji gula-gula, asimilasi, fermentasi, urea dan lainnya, serta diinokulasikan pada media tertentu antara lain Potato Dextrose Agar, Souborouth Dextrose Agar, dan Corn Meal Agar. Dalam uoaya melakukan isolasi jamur sebaiknya diambil dari bahan penyusun pakan dan tempat penyimpanannya yang kemudian diperiksa untuk mengetahui kontaminasi jamur pada bahan atau tempat tersebut.

Pasca melakukan isolasi dan identifikasi, kemudian dapat diambil kesimpulan yaitu apakah pakan terkontaminasi atau tidak, serta jika terkontaminasi apakah masih layak untuk dijadikan bahan baku pakan ataukah tidak dan bagaimana penanganan selanjugtnya? Perlu diketahui juga bahwa ambang batas kontaminasi jamur harus di bawah 1,105 CFU/g sampel yang hal ini berlaku untuk jagung, kedelai, kacang tanah, dan bungkil. Adapun metode deteksi mikotoksin yang umum dilakukan adalah analisis kualitatif (Thin Layer Chromatography/ TLC), minikolom, Enzyme Linked Immune Sorbent Assay (ELISA) dan analisis kuantitatif (fluorometer, ELISA, High Performance Liquid Chromatography/HPLC).

Pengendalian jamur

Secara umum upaya pengendalian kontaminasi dimulai dengan menyingkirkan kontaminasi jamur dari pakan, mencegah perkembangbiakan jamur pada pakan, pengurangan jamur yang ada dalam pakan dan desinfeksi pada area yang tercemar jamur. Upaya pengendalian kontaminasi jamur ini dimulai pada tempat penyimpanan bahan pakan yang kemudian dilanjutkan pada pakan dan sumber bahan penyusun pakan.

Pencegahan dan pengendalian pada tempat penyimpanan dalam bentuk bangunan atau gedung dilakukan dengan berbagai cara yang tujuannya adalah meminimalisir pertumbuhan jamur dan apabila ada kontaminasi jamur maka akan segera dikendalikan. Pencegahan dan pengendalian kontaminasi jamur pada tempat-tempat tersebut dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :

Ruangan penyimpanan bahan pakan :

Penyimpanan Pakan
Penyimpanan Pakan
  • Pembersihan tempat penyimpanan bahan pakan dengan air harus dilakukan hingga benar-benar kering.
  • Dinding permukaan ruang penyimpan bahan pakan harus rata dan pada cat tembok ditambahkan zat anti jamur untuk mengurangi pertumbuhan jamur pada dinding.
  • Ruang penyimpanan pakan tidak boleh terkena tampias air hujan dan posisi lantai lebih tinggi dari permukaan tanah.
  • Jaga kelembapan ruangan stabil di bawah 70% dan tidak terkena sinar matahari langsung
  • Sediakan ventilasi yang memadai sehingga dapat mengurangi pertumbuhan dan mencegah metabolisme jamur.
  • Hindari pakan menempel pada dinding dengan jarak minimal 50 cm dari dinding gudang.
  • Jangan meletakan pakan langsung pada lantai melainkan dengan membuatkan alas dengan ketinggian minimal 10 cm dari lantai.
  • Jika ada kontaminasi pada ruang penyimpanan maka yang harus dilakukan adalah menurunkan populasi kontaminasi jamur dengan pemberian CO2, menyediakan ruangan kedap udara, fumigan (fosfin/PH3), dan metil bromida

Pengendalian Bahan Pakan Bebas Jamur

  • Jangan menyimpan bahan pakan terlalu lama. Lakukan sistem penyimpanan FIFO (first in first out : disimpan berdasarkan tanggal kedatangan bahan pakan) atau FEFO (first expired first out : disimpan berdasarkan tanggal kadaluarsa). Akan tetapi pada keadaan tertentu bisa terjadi pengecualian yaitu apabila ada bahan baku berkualitas kurang baik sehingga tidak memungkinkan disimpan lebih lama maka bahan baku ini dapat digunakan terlebih dahulu meskipun baru datang.
  • Pastikan bahan baku pakan yang diterima memiliki kadar air maksimal 14 % karena ini adalah kondisi ideal dimana jamur akan sulit untuk tumbuh dan bermetabolisme. Pada kondisi lapangan, sering kali jagung yang diterima dari pedagang tradisional dan pengeringannya hanya dengan panas matahari sehingga mengandung kadar air 16-17% dan hal ini masih sangat beresiko tercemat jamur. Jika terpaksa mendapatkan bahan baku dengan kadar air >14%, maka segera keringkan. Jika kondisi tidak memungkinkan untuk pengeringan, maka lakukan pengaturan stok dan gunakan bahan baku pakan tersebut sesegera mungkin. Jika perlu tambahkan mold inhibitor, seperti asam propionat untuk menghambat pertumbuhan jamur.
  • Hindari pencapuran pakan dengan air atau yang biasa disebut pengocoran/ pembuatan komboran pakan untuk merangsang nafsu makan ayam karena hal tersebut dapat meningkatkan resiko tumbuhnya jamur dan produksi mikotoksin.
  • Membuang pakan yang terkontaminasi jamur dengan konsentrasi tinggi, mengingat mikotoksin ini sifatnya sangat stabil. Namun apabila pakan yang terkontaminasi jamur jumlahnya sedikit, bisa dilakukan pencampuran dengan bahan baku atau pakan yang belum terkontaminasi. Tujuannya untuk menurunkan konsentrasi mikotoksin. Akan tetapi yang perlu diperhatikan ialah bahan baku ini hendaknya segera diberikan ke ayam agar konsentrasi mikotoksin tidak meningkat.
  • Penambahan toxin binder seperti Immunose menjadi solusi efektif untuk mengikat mikotoksin saat di dalam saluran pencernaan, sehingga mikotoksin tidak aktif dan akhirnya keluar bersamaan dengan feses. Pemilihan toxin binder selain karena efektifitasnya juga harus didasari cara aplikasinya yang praktis.
  • Pemerian multivitamin (vitamin A, C, E), asam amino (metionin dan penilalanin) dan suplemen mikromineral dan enzim (Biovita) mampu menekan kerugian akibat mikotoksin.
  • Hindari penggunaan karung atau zak pakan secara berulang.
  • Fungisida dapat digunakan sebagai salah satu alternatif penanganan kontaminasi jamur namun penggunaannya harus cermat dan teliti agar hasilnya maksimal dan mengurangi resistensi jamur terhadap fungisida. Oleh karena itu, perlu diketahui jenis fungisida, cara kerja, dan risiko yang ditimbulkan..

Pengendalian Mikotoksin

Upaya pencegahan keracunan mikotoksin melalui kegiatan pada praproduksi dilakukan dengan rotasi atau pergiliran tanaman untuk memutus siklus hidup kelompok jamur patogen tertentu serta menanam varietas tanaman yang resisten.

Panen diupayakan jatuh pada musim panas atau kemarau dan hasil panen segera dikeringkan dan disimpan pada tempat yang bebas serangga dengan sirkulasi udara yang baik. Untuk menghindari kontaminasi mikotoksin dapat diupayakan dengan:

  • Menghambat pertumbuhan jamur,
  • Menyeleksi dan detoksikasi pakan yang terkontaminasi,
  • Mengikat toksin dengan bahan pengikat.

Pengobatan mikotoksin

Sampai saat ini belum diketahui pengobatan yang efektif dan ekonomis untuk keracunan mikotoksin. Faktor ekonomis menjadi pertimbangan peternak untuk melakukan pengobatan akibat keracunan mikotoksin. Beberapa pengikat mikotoksin seperti alfafa, sodium bentonit, zeolit, arang aktif, dan kultur khamir (Saccharomyces cerevisiae) dapat digunakan untuk mengurangi racun.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*