Kupas Penyakit Colibacillosis (akibat bakteri E. Coli) Pada Ayam

Kupas Penyakit Colibacillosis (akibat bakteri E. Coli)  Pada Ayam

Escherichia coli diisolasi pertama kali pada tahun 1885 oleh Buchner dan secara lengkap diuraikan oleh Theobald Escherich pada tahun 1882 (Gyles, 1983). Meskipun kebanyakan diantaranya nonpatogen, beberapa diantaranya menyebabkan infeksi ekstra intestinal (Aiello, 1998). Escherichia coli merupakan penghuni normal saluran pencernaan unggas. Adanya Escherichia coli dalam air minum merupakan indikasi adanya pencemaran oleh feses. Dalam saluran pencernaan ayam normal terdapat 10-15% bakteri Escherichia coli patogen dari keseluruhan Escherichia coli(Barness dan Gross, 1997). Dalam individu yang sama, Escherichia coli dalam usus tidak selalu sama dengan yang diisolasi dari jaringan lain (Tabbu, 2000).
Bakteri Escherichia coli dapat ditemukan dalam liter, kotoran ayam, debu atau kotoran dalam kandang. Debu dalam kandang ayam dapat mengandung 105sampai 106 Escherichia coli per gram (Tabbu, 2000). Menurut Barness dan Gross (1997), bakteri ini dapat bertahan lama dalam kandang, terutama dalam keadaan kering.
Escherichia coli adalah bakteri gram negatif, tidak tahan asam, tidak membentuk spora dan umumnya berukuran 2-3 x 0,6 μm (Barner dan Gros, 1997).Escherichia coli dan sebagian besar bakteri enterik lainnya membentuk koloni bulat dan cembung. Beberapa strain Escherichia colimenyebabkan hemolisis dalam agar darah (Jawetz et al., 2001). Menurut Raji (2003), kemampuan Escherichia coli dalam menghemolisis dapat menjadi salah satu metode penentuan patogenitasEscherichia coli.
Pada media Eosin Methylene Blue (EMB) koloni Escherichia coli tumbuh khas yaitu terlihat berwarna hijau metalik. Escherichia coli memproduksi asam dan gas dalam glukosa, maltosa, manitol, gliserol, xylose, rhamnose, sorbitol dan arabinosa, tetapi tidak dalam dekstrin dan inositol. Beberapa strain memfermentasikan laktosa dengan lambat atau tidak sama sekali, fermentasi adonitol, sukrosa, salisin, rafinosa dan dulsitol bervariasi. Escherichia coli positif pada tes methyl red dan negatif pada tes Voges-proskauer. Pada Kligler’s iron mediumEscherichia coli tidak memproduksi H2S (Barness dan Gross, 1997).
Janben et al. (2001), mengelompokkan Escherichia coli patogenik sesuai dengan gejala klinis yang ditimbulkan antara lain: Escherichia coli penyebab diare,Escherichia coli penyebab septisemia dan Avian Pathogenic Escherichia coli (APEC). Beberapa faktor virulensi yang terdapat pada Escherichia coli galur APEC diantaranya: FimC (fimbrae tipe1), iucD, protein tsh, hlyE dan stx2f. Galur APEC merupakan galur yang berhubungan dengan lesi-lesi karakteristik penyakit kolibasilosis pada ayam. Stehling et al. (2003), menambahkan bahwa sebagian besar galur APEC termasuk dalam serotipe O78 dan mempunyai kemampuan untuk mengekspresi beberapa faktor virulensi diantaranya adalah adhesin yang berperan dalam perlekatan pada saluran pernafasan ayam

Distribusi dan penularan

Kebanyakan Escherichia coli hidup di lingkungan kandang unggas melalui kontaminasi feses. Permulaan kejadian patogen dari Escherichia coli mungkin terjadi di hatchery dari infeksi atau telur yang terkontaminasi, tetapi infeksi sistemik biasanya membutuhkan lingkungan predisposisi atau sebab-sebab infeksi (Aiello, 1998). Akoso (1998) menambahkan infeksi kolibasilosis terjadi melalui kontak langsung dengan lingkungan tempat tinggal ayam yang basah dan kotor, dan bukan dari ayam ke ayam. Mc Mullin (2004), menyebutkan bahwa infeksi kolibasilosis biasanya terjadi baik melalui peroral atau inhalasi, lewat membran sel/yolk/tali pusat, air, muntahan, dengan masa inkubasi 3-5 hari.
Mycoplasmosisinfectious bronchitisnewcastle disease, hemoragi enteritis, dan turkey bordetellosis seringkali menyertai kolibasilosis. Kualitas udara yang buruk dan stres yang berasal dari lingkungan juga kemungkinan untuk predisposisi infeksiEscherichia coli (Aiello, 1998). Tabbu (2000), berpendapat bahwa faktor pendukung timbulnya kolibasilosis meliputi sanitasi yang kurang optimal, sumber air minum yang tercemar bakteri, sistem perkandangan dan peralatan kandang yang kurang memadai dan adanya berbagai penyakit yang bersifat imunosupresi.

Faktor-faktor virulensi

Kemampuan Escherichia coli dalam menimbulkan tingkat keparahan yang tinggi tergantung dari faktor-faktor virulensi yang dimiliki Escherichia coli patogenik. Faktor virulensi inilah yang membedakan antara Escherichia coli patogenik dengan non patogenik. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui macam-macam faktor virulensi yang dimiliki oleh Escherichia coli patogenik. Beberapa faktor virulensi yang dimiliki Escherichia coli galur APEC telah teridentifikasi dan diduga berhubungan dengan banyak kasus kolibasilosis antara lain: sistem aerobaktin dalam uptake Fe, polisakarida K1, protein Tsh dan produk ”cytopathic effect”.
Pada saat jaringan berada dalam kondisi Fe yang rendah, siderophore diekskresikan ke jaringan dan mengikat  Fe dari transferring (Dho-Moulin, 2000).  Menurut Carter dan Wise (2004),  siderophore (protein penghasil Fe) yang berhubungan dengan sistem  uptake Fepada Escherichia coli dibagi menjadi 3 tipe: enterobaktin yang mampu memindahkan Fe dari protein binding-Fe ke dalam sel bakteri, aerobaktin yang dapat dibedakan dari enterobaktin melalui kemampuannya menghindar dari ikatan serum albumin dan non-native siderophoreyang terdapat pada fungi yaitu siderophore ferrichrome dan coprogen rhodororulic acidEscherichia coli juga dapat menggunakan sitrat untuk menghasilkan Fe.
Polisakarida K-1 merupakan kapsul polisakarida yang tidak bersifat imunogenik, mencegah opsonisasi dan fagositosis. Protein Tsh sebagian besar berhubungan dengan Escherichia coligalur APEC, tetapi tidak berhubungan denganEscherichia coli yang diisolasi dari feses ayam sehat. Diantara isolat Escherichia colidengan protein Tsh positif memperlihatkan kejadian sakit oleh galur patogenik lebih besar daripada isolat Escherichia coli non patogenik (Dho-Moulin, 2000).
Barness dan Gross (1997) melengkapi faktor-faktor yang mungkin berhubungan dengan virulensi Escherichia coli yang berhasil diidentifikasi dari ayam yang sakit antara lain: serotipe O tertentu (O1, O2, O35 dan O78), fermentasi adonitol, resistensi antibiotik, kemampuan mengikat warna congo red, plasmid berukuran besar (large plasmid), colicin V, motilitas, endotoksin, resistensi komplemen, kemampuan menginvasi sel dan jaringan dan kemampuan untuk berada dalam sirkulasi atau jaringan. Tidak satupun faktor virulensi yang sama muncul dalam semua galur patogenik, yang dapat membedakan antara galur patogenik dan non patogenik.

Gejala penyakit

Infeksi colibacillosis bisa bersifat lokal atau sistemik dengan berbagai bentuk.

Bentuk Infeksi Lokal Collibacillosis:

  1. Omphalitis
    merupakan peradangan pada pusar.Infeksi ini terjadi karena kontaminasi pusar oleh jenis bakteri E.coli yang ganas. Telur yang terkontaminasi feses merupakan sumber utama terjadinya omphalitis. Bakteri masuk secra in ovo (melalui telur), jika induk ayam mengalami oophoritis (radang pada ovarium) atau salpingitis (radang pada saluran telur). Selain itu bakteri E.coli juga dapat mencemari telur melalui peralatan yang terkontaminasi bakteri. Omphalitis dapat juga terjadi dari translokasi (perpindahan) bakteri dari usus ayam atau aliran darah. Untuk kasus infeksi cara ini, pusar mungkin tidak terjadi perubahan. Embrio ayam dapat mengalami kematian sebelum atau setelah menetas. Pusar tampak membuka, basah dan kemerahan. Yolk sac (kuning telur) belum terserap, encer dan berbau busuk.
  2. Cellulitis
    peradangan dibawah kulit atau cellulitis, biasanya terjadi pada unggas dengan penyebab yang bermacam-macam, tetapi kebanyakan karena infeksi, E.coli. Kejadian cellulitis akut atau sub akut yang melinatkan perubahan pada periorbhital da jaringan subkutan di daerah kepala dapat memicu terjadinya penyakit Swollen Head Syndrome (SHS).
  3. Diare
    Jenis bakteri E.coli patogen yang bersifat enterotoxigenic (ETEC) akan menyebabkan terbentuknya akumulasi cairan diusus sehinga ayam akan mengalami diare (usus mengalami peradangan/enteritis). Enteritis ini akibat infeksi E.coli primer maupun sekunder. Infeksi sekunder terjadi akibat bakteri e.coli meninfeksi usus yang telah rusak akibat penyakit-penyakit yang lain. msalnya kosidiosis atau helminthiasis. Pada keadaan ini E.coli akan memperberat dari penyakit primernya.
  4. Salpingitis
    merupakan peradangan pada saluran telur/oviduk yang akan mengakibatkan penurunan produksi telur dan kematian secara sporadis pada ayam dewasa. Colibacillosis bentuk ini banyak ditemukan pada ayam petelur menjelang periode bertelur ataupun selama masa produksi. Salpingitis kadang dikelirukan dengan kasus telur yang tertahan di oviduk. Salpingitis terjadi akibat perpindahan bakteri E.coli dari kloaka ke Oviduk atau melalui kantung udara (air sacculitis). Salpingitis yang terjadi akibat perpindahan bakteri E.coli melalui kantung udara banyakk terjadi pada ayam umur muda dan merupakan infeksi sitemik.

Bentuk infeksi sistemik Colibacillosis (Colisepticemia).

Bakteri E.coli masuk dalam sirkulasi darah, menginfeksi berbagai jaringan melalui luka pada usus atau saluran pernapasan.
  1. Colisepticemia bentuk pernapasan.
    Merupakan bentik Colisepticemia yang sering terjadi. Bakteri E.coli masuk dalam sirkulasi darah melalui kerusakan mukosa saluran pernapasan akibat agen infeksi maupun non infeksi. Faktor predisposisi terjadinya colisepticemia yaitu: Infeksi IB, ND, mycoplasma, kandungan amonia dalam kandang yang tinggi. Perubahan menyolok dar Colisepticemia bentuk pernapasan adalah pada jaringan saluran pernapasan (trakea, paru-paru dan kantung udara), pericardium dan peritoneum.
  2. Neonatal colisepticemia
    Anak ayam peka terhadap infeksi neonatal colisepticemia pada umur 1-2 hari setelah menetas. Kematian terjadi sampai umur 1-2 hari setelah menetas. Kematian terjadi sampai umur 2-3 minggu dengan total kematian 10-20%. Kurang lebih 5 % dari kelompok anak ayam ini akan mengalami gangguan pertumbuhan.
    Jika bakteri E.coli tidak terkontrol, dapat terlokalisasi di tempat-tempat yang kurang terlindungi, yaitu: otak, mata, jaringan synoval(persendian,tendon, bursa sternalis) dan tulang.
  3. Panopthalmitis
    Perpindahan bakteri E.coli ke mata merupakan hal yang jarang terjadi. Mata akan membengkak, bola mata nampak berawan dan buram, dimana perubahan ini diawali dengan kemerahan pada mata. Bentuk akhir dari infeksi ini mata akan atropi dan ayam mengalami kebutaan.
  4. Meningitis.
    Bakteri E.coli di otak akan menyebabkan peraddangan pada otak (meningitis) yang di unggas lebih dikenal dengan istilah enchepalitis.
  5. coligranuloma.
    ditandai dengan bungkul-bungkul pada hati, sekum, duodenum dan penggantung usus. bentuk colibacillosis ini dapat menyebabkan kematian sampai 75%

Penularan Penyakit

Penularan penyakit terjadi secara vertikal dan horizontal. Penularan secara vertikal terjadi melalui saluran reproduksi induk ayam, yaitu melalui ovarium atau oviduk yang terinfeksi. Telur yang menetas akan menghasilkan DOC yang tercemar bakteri E.coli.
Penularan horizontal terjadi secara kontak langsung dengan ayamsakit atau secra tidak langsung melalui kontak dengan bahan/peralatan kandang yang tercemar. Penularan biasanya terjadi secara oral melalui ransum / air minum yang terkontaminasi bakteri melalui saluran pernapasan bersama debu diudara.
Larva dan kumbang hitam dewasa (Alphitobius diaperanus) berperan menularkan dan menyebarkan bakteri E.coli antar kandang atau peternakan. Cara penularan adalah ayam makan larva/kumbang dewasa atau akibat ayam kontak dengan feses kumbang yang tercemar bakteri E.coli.

Diagnosis

Pertimbangan diagnosis dengan memperhatikan predisposisi infeksi dan faktor lingkungan. Patogenitas dari isolat diperlihatkan saat inokulasi parenteral dari ayam muda atau dewasa dengan timbulnya fatal septisemia atau lesi tipikal dalam 3 hari (Aiello, 1998). Kolibasilosis memiliki angka morbiditas yang bervariasi dan mortalitas 5-20% (Mc Mullin, 2004).
Isolasi dari kultur Escherichia coli yang diambil dari darah di jantung, hati, atau lesi khas visceral pada karkas segar yang diindikasi primer atau sekunder kolibasilosis (Aiello, 1998). Mc Mullin (2004), menambahkan dari kultur aerob akan didapat koloni 2-5 mm pada plat agar darah (PAD) dan McConkey agar setelah 18 jam, pada kebanyakan strain Escherichia coliakan memfermentasi laktosa dan menghasilkan koloni merah terang pada McConkey agar.

Pencegahan dan pengendalian

Infeksi Escherichia coli pada saluran pernapasan dapat diturunkan dengan memperbaiki ventilasi. Metode untuk mencegah infeksi pada saluran pencernaan belum diketahui dengan jelas, meskipun sudah mempertimbangkan bahwa ransum yang berbentuk pelet memiliki kontaminasi Escherichia coli lebih sedikit dari pada bentuk kotoran serbuk. Kotoran tikus juga merupakan sumber patogenik Escherichia coli dan air yang sudah terkontaminasi. Pemberian klorin pada air minum serta sisitim pemberian air minum tertutup (nipple) akan menurunkan terjadinya kolibasilosis.

Sumber penyebaran Escherichia coli patogen yang paling penting adalah kontaminasi feces pada telur yang sedang menetas. Pengumpulan telur yang lebih sering, menjaga kebersihan kandang, membuang telur yang pecah atau yang jelas-jelas telah terkontaminasi oleh kotoran serta disinfeksi telur dapat membantu menurunkan penyebaran bakteri Escherichia coli.

Selain itu, faktor sanitasi kandang dan istirahat kandang yang cukup juga sangat berperan dalam menekan kasus kejadian colibasilosis. Jaga litter jangan sampai terlalu lembab dan terlalu padat sehingga menjadi tempat idel tumbuh kembangnya kuman.


Pengobatan

Terapi antimikrobial merupakan hal yang penting untuk menurunkan angka kejadian maupun mortalitas akibat kolibasilosis (Freed et al., 1993; Goren, 1990; Watts et al., 1993). Mc Mullin (2004), merekomendasikan penggunaan amoksisilin, tetrasiklin, neomisin (aktifitas lokal di usus), gentamisin atau ceftiour (pada hatchery), sulfonamid, fluorokuinolon untuk terapi kolibasilosis.
Semoga Bermanfaat…